Tepat dua minggu yang lalu, merupakan
momen paling mengharukan dalam hidup gua. Ini adalah untuk pertama kalinya, gua
mempunyai kamera sendiri. Sebuah perangkat yang selalu gua idam-idamkan dari
dulu, tetapi tentunya membelinya setelah menunggu gajian dari kantor :p.
Setelah memilah-milah merk dan jenis apa kamera yang ingin gua beli, akhirnya
gua memutuskan untuk membeli kamera merk Sony Nex 5N. Kamera ini merupakan
kamera mirrorless, yaitu sebuah kamera yang berbentuk kamera pocket biasa,
tetapi memiliki kemampuan setara dengan kamera SLR.
![]() |
Ini kameranya,mantap!
|
Ada alasan kenapa gua berkata sebelumnya bahwa ini adalah momen
istimewa di dalam hidup gua. Keinginan ini didasari atas keperluan gua yang
membutuhkan sebuah perangkat untuk menyimpan semua kepingan memori yang
berharga di dalam hidup gua dalam bentuk yang compact dan tersusun rapi, yang
tentu saja lebih baik daripada menyimpan semua file foto gua di facebook Gua
sudah melakukan banyak kegiatan travelling, mulai dari mengunjungi Vatican di
Roma sampai indahnya jejeran candi di Dieng.
Tetapi banyak dari momen itu tidak
terdokumentasikan dengan baik, ntah itu hanya sekedar jeprat jepret saja
menggunakan kamera handphone yang standart atau pun file nya turut hilang
bersama dengan handphone nya yang hilang di maling. Sebelumnya, ketika gua
mengunjungi tempat-tempat tersebut, gua tidak terlalu berpikir bahwa
mengabadikan sebuah momen merupakan hal yang terpenting ketika travelling.
Ketika travelling, gua cenderung lebih fokus menatapkan indera penglihatan gua
ke object yang luar biasa indahnya daripada sekedar menghabiskan waktu gua
untuk jeprat-jepret.
![]() |
Salah satu foto gua di Amsterdam make
hape, not so good :(
|
Tetapi semua mindset itu berubah, ketika suatu hari, gua kangen
dengan indah nya negara Italia, negara yang pernah gua kunjungin tepat setahun
yang lalu. Agak susah bagi gua mengingat memori-memori indah tersebut, seperti
memakan pizza yang lembut di pinggirannya, kota Milan yang indah dengan rapinya
taman-taman kota, bahkan gua juga tidak mampu mengingat wajah seorang kakek
nenek yang berbaik hati yang rela membantu gua mencari penginapan ditengah
dinginnya malam kota Bergamo.
Dan juga pengalaman gua bersama pacar, si
indi, yang at least sudah melakukan backpacking 2 kali, juga tidak
terdokumentasikan dengan baik, sebuah pengalaman yang mungkin akan kita kenang
tentunya, sebelum gua berangkat ke Saudi.
Gua sadar daya ingat gua akan sebuah
memori memiliki limitasi seiring dengan bertambahnya usia dan jauhnya
jangakauan waktu terhadap memori tersebut. Atas dasar itulah gua memutuskan
untuk membeli sebuah kamera, sehingga gua harap, semua memori indah tersebut
tetap awet tidak lekang dimakan waktu.
Semoga dengan kamera ini, gua mampu
menangkap momen-momen baik maupun buruk dalam hidup gua kedepannya.



